Senin, 24 September 2012

Bunda dan Kamar Kecil


Bunda dan Kamar Kecil
Oleh: Harsani Gharib

Bunda….
Di kamar kecil ini kulihat dirimu
Bunda….
Di kamar kecil ini ku ingat dirimu
Bunda….
Di kamar kecil ini ku impikan dirimu
Bunda….
Di kamar kecil ini ku panggil namamu
Bunda….
Di kamar kecil ini ku tertawa karenamu
Bunda….
Di kamar kecil ini ku menangis karenamu
Bunda….
Di kamar kecil ini ku ukir namamu
Bunda….
Kau kah itu yang mengetuk pintu kamarku…?
Bunda….
Suara langkah kakimu kah itu…?
Bunda….
Kau kah itu diatas langit-langit kamar kecil ini…?
Bunda… bunda… bunda…
Datanglah…! Dan masuklah…! Ke dalam kamar kecil ini
Kamar yang tak akan membuat kita berpisah jauh
Kamar yang akan melepaskan kerinduan kita
Kamar yang di dalamnya hanya aku dan engkau
Bunda…
Aku dan kamar kecil ini menunggumu
Ya… menunggumu sampai kau datang…

Bali. Denpasar, 18 Sep 2012

PAHLAWAN MUDA


Pahlawan Muda

Hai para pemuda…
Mari kita bersatu
Para pemimpin muda, Para pejuang muda
Para cendikiawan muda, Para tokoh muda
Para ilmuan muda, Para professor muda
Para pelepor, para arsitektur
Para agen perubahan
Mari kita bangun Negara yang adil
Negara yang damai, Negara yang kaya
Negara yang sejahtera, Negara yang bermoral dan beretika
Wahai para pemuda…
Kita adalah aset bangsa, Kita adalah harapan bangsa
Kita adalah penerus, kita adalah agen perubahan
Ayo kawan…
Kita buat bangga Negara ini
Kita gegerkan alam ini, kita guncang dunia ini
Kawan…
Saatnya yang muda maju, saatnya yang muda tampil
Kita buktikan pada dunia bahwa yang muda bisa
Bangunlah…
Bangunlah sang revolusioner, Bangunlah sang pelopor
Dunia menunggu aksimu.
Bali. Denpasar. 25 Sep 2012
Harsani Gharib 

Minggu, 12 Februari 2012

Dakwah Islam


Tantangan Da’wah di Era Globalisasi Modern dan Metode Menghadapinya

Oleh: Harsani Gharib

Moqaddimah

            Alhandulillah segala puji hanya milik Allah SWT, tuhan yang memberikan ni’mat iman, sehat dan kekuatan tidak ada cela pada-Nya dan Dia (Allah) maha sempurna dari segalanya, yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya, yang mengutus nabi Muhammad SAW ketengah- tengah umat manusia tiada lain dan tiada bukan melainkan hanya menyempurnakan akhlak yang mulia dan tauhid ilallah.
            Shalawat serta salam selalu untuk junjungan umat Islam Muhammad SAW yang telah berhasil membawa risalah kenabian dengan da’wah ilallah, untuk menyelamatkan umat manusia dari kejahiliyahan dan kekufuran menyembah berhala-berhala.

Da’wah Perintah Allah dan Rasulullah

Dakwah tidak mengikuti hawa nafsu manusia. Tapi berdasarkan perintah Allah dan RasulNya meski orang- orang kafir dan munafik benci. Nabi pernah dilempar tahi unta dan mau dibunuh karena dakwahnya. Lakukan dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar sebaiknya. Karena itu kewajiban SEMUA MUSLIM (ingat Al ‘Ashr): “Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,  kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati dengan kebenaran dan nasihat menasihati dengan kesabaran.” [Al ‘Ashr 2-3]                  
Bukanlah dari golongan kami orang yang tidak mengasihi dan menyayangi yang lebih muda, tidak menghormati orang yang lebih tua, dan tidak beramar ma’ruf dan nahi mungkar. (HR. Tirmidzi). Tidak ada alasan lagi bagi umat islam di dunia untuk tidak melakukan dakwah, Rasulullah SAW pernah berkata” sampaikanlah ilmu itu walupun satu ayat” dari sangking wajibnya perintah untuk saling memperingati antara orang satu dengan orang yanglain maka nabi tidak meterorir siapa dan sebatas mana ilmu yang di miliki seseorang untuk bisa berda’wah.

Trend Globalisasi dan Tantangan Da’wah

Era globalisasi seakan tidak bisa dibendung lajunya memasuki setiap sudut negara dan menjadi sebuah keniscayaan pergaulan dunia. Era ini menghendaki setiap negara beserta individunya harus mampu bersaing satu sama lain baik antar negara maupun antar individu. Persaingan yang menjadi esensi dari globalisasi sering memiliki pengaruh dan dampak yang negatif jika dicermati dengan seksama. Pengaruh yang ada dari globalisasi pada aspek kehidupan meskipun awal tujuannya diarahkan pada bidang ekonomi dan perdagangan, akan tetapi memberikan dampak multidimensi. Globalisasi telah menjadi lokomotif perubahan tata dunia dengan konsekuensi akan menarik gerbong-gerbongnya yang berisi budaya, pemikiran maupun materi.
Globalisasi atau globalization dalam bahasa arab disebut dengan al-aulamah yaitu masdar dari al-‘ālam berdasarkan timbangan atau wazan faualah yang memiliki arti alam atau dunia yang dalam bahasa arab disebut dengan al-ālamiah.   Sebahagian orang menginterpretasikan globalisasi sebagai upaya melenyapkan dinding dan jarak antara satu bangsa dengan bangsa lain, dan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga, semuanya menjadi dekat dengan kebudayaan dunia, pasar dunia dan keluarga dunia. (Yusuf al-Qardhawi, 2001: 21). Dengan kata lain globalisasi ialah suatu proses membuka keadaan, yang pada umumnya dapat dipahami sebagai proses menjadikan negara-negara di dunia bagaikaan satu unit.
Yusuf al-Qardhawi mengatakan, bahwa terdapat perbedaan mendasar antara makna globalisasi (al-aulamah) yang dipahami dunia barat pada hari ini dengan makna globalisasi (al-ālamiah) yang dimaksudkan oleh Islam. Beliau menjadikan ayat al-Qur’an berikut ini sebagai hujjah, yaitu:
Seperti dalam firman Allah swt , ”Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam”(QS. Al-Anbiya: 107)

Globalisasi atau al-ālamiah yang dipahami oleh Islam  adalah sesuatu yang berasaskan nilai-nilai penghormatan dan persamaan kepada seluruh manusia,(QS. Al-Isra: 70) bahwa setiap manusia memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dihadapan Allah swt. Hal ini berbeda dengan pemahaman Barat mengenai globalisasi (al-aulamah) sekarang ini, yang mengartikannya sebagai keharusan untuk menguasai secara politik, ekonomi, kebudayaan, dan sosio kultural masyarakat agar sejalaan dengan kepentingan Negara-negara Barat yang disponsori oleh  Amerika. Penguasaan tersebut kemudian diarahkan lebih fokus lagi pada penguasaan Barat terhadap tatanan dunia Islam

Tantangan Dakwah di Era  Globalisasi

Ketika masyarakat memasuki era globalisasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi, tantangan yang dihadapi semakin rumit. Tantangan tersebut tidak mengenal ruang, batas, waktu dan lapisan masyarakat, melainkan ke seluruh sektor kehidupan dan hajat hidup manusia, termasuk agama. Artinya, kehidupan kegamaan umat manusia tidak terkecuali Islam di mana pun ia berada akan menghadapi tantangan yang sama. Soejatmoko menandaskan bahwa agama pun kini sedang diuji dan ditantang oleh zaman (Soejatmoko, 1994: 78).
Meskipun diakui bahwa di satu sisi kemajuan IPTEK menciptakan fasilitas yang memberi peluang bagi pengembangan dakwah, namun antara tantangan dan peluang dakwah dewasa ini, agaknya tidak berimbang. Tantangan dakwah yang amat kompleks dewasa ini dapat dilihat dari minimal dari tiga perspektif, yaitu:
Pertama, perspektif prilaku (behaviouristic perspective). Salah satu tujuan dakwah adalah terjadinya perubahan prilaku (behaviour change) pada masyarakat yang menjadi obyek dakwah kepada situasi yang lebih baik. Tampaknya, sikap dan prilaku (behaviour) masyarakat dewasa ini hampir dapat dipastikan lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya.
Kedua, tantangan dakwah dalam perspektif transmisi (transmissional perspective). Dakwah dapat diartikan sebagai proses penyampaian atau transmisi ajaran agama Islam dari da’i sebagai sumber kepada mad’u sebagai penerima. Ketika ajaran agama ditrasmisikan kepada masyarakat yang menjadi obyek, maka peranan media sangat menentukan. Ziauddin Sardar mengemukakan bahwa abad informasi ternyata telah menghasilkan sejumlah besar problem (Ziauddin Sardar, 1996: 16-17). Menurutnya, bagi dunia Islam, revolusi informasi menghadirkan tantangan-tantangan khusus yang harus diatasi, agar umat Islam harus bisa memanfaatkannya untuk mencapai tujuan dakwah.
Ketiga, tantangan dakwah perspektif interaksi. Ketika dakwah dilihat sebagai bentuk komunikasi yang khas (komunikasi Islami),( Malik Idris, 2007: 111) maka dengan sendirinya interaksi sosial akan terjadi, dan di dalamnya terbentuk norma-norma tertentu sesuai pesan-pesan dakwah. Yang menjadi tantangan dakwah dewasa ini, adalah bahwa pada saat yang sama masyarakat yang menjadi obyek dakwah pasti berinteraksi dengan pihak-pihak lain atau masyarakat sekitarnya yang belum tentu membawa pesan yang baik, bahkan mungkin sebaliknya.

Metode Dakwah di Era Globalisasi

Untuk mengantisipasi trend masyarakat modern harus dapat mempersiapkan materi-materi dakwah yang lebih mengarah pada antisipasi kecenderungan-kecenderungan masyarakat. Oleh karena itu, maka seluruh komponen dan segenap aspek yang menentukan atas keberhasilan dakwah harus ditata secara professional dan disesuaikan dengan kondisi mad’u agar dapat menghasilkan kemasan dakwah yang benar-benar mampu memperbaiki dan maningkatkan semangat dan kesadaran yang tulus dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam.
Ada empat hal penting yang harus diorganisir oleh da’i  dalam memfilter trend masyarakat global yang negatif,( Abd. Madjid, 2000: 79) seiring dengan perkembangan dan trend masyarakat dunia serta masalah manusia yang semakin kompleks, yaitu; 1)Perlu adanya konsep dan strategi dakwah yang tepat untuk membentuk ketahanan diri dan keluarga melalui pengefektifan fungsi nilai-nilai agama, karena dengan dasar agama yang kuat dapat dijadikan filter pertama dan utama untuk menghadapi berbagai trend budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, 2) Mempertahankan nilai-nilai budaya luhur yang dapat melestarikan tradisi positif yang pada dasarnya tidak bertentangan dengan paham dan ajaran agama (Islam) yang menanamkan nilai-nilai baik dan suci, 3) Perlu dukungan dan keikutsertakan semua lapisan masyarakat untuk menciptakan dan memiliki komitmen yang sama dalam melihat seberapa bergunanya nilai-nilai baru itu untuk sebuah komunitas dan kemajuan masyarakat, dan 4) Kesiapan dan kematangan intelektual serta emosional setiap penerima message baru, apakah hal tersebut memang akan mendatangkan manfaat plus bagi diri dan lingkungannya.
Berkaitan dengan dampak globalisasi pada tatanan kehidupan masyarakat, maka dibutuhkan metode  yang tepat. Metode berarti rangkaian yang sistematis dan merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan, dan logis (Onong Uchjana E., 1999: 9). Dalam melaksanakan suatu kegiatan dakwah diperlukan metode penyampaian yang tepat agar tujuan dakwah tercapai. Metode dalam kegiatan dakwah adalah suatu rencana yang tersusun dan teratur yang berhubungan dengan cara penyajian. Sebenarnya, metode dakwah adalah sesuatu yang lazim dikenal dan diterapkan oleh da’i, akan tetapi secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga sebagai berikut:
   Adapun operasionalisasi dari ketiga metode tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: a) Dakwah bi al-kitabah yaitu berupa buku, majalah, surat, surat kabar, spanduk, pamplet, lukisan-lukisan dan sebagainya, b) Dakwah bi al-lisan, meliputi ceramah, seminar, symposium, diskusi, khutbah, saresehan, brain storming, obrolan, dan sebagainya, dan c) Dakwah bi al-hal, yaitu berupa prilaku yang sopan sesuai ajaran Islam, memelihara lingkungan, dan lain sebagainya (Wardi Bachtiar, 1997: 34).
Dalam rangka keberhasilan dakwah di era global, maka diperlukan da’i yang memiliki profil berikut ini, yaitu: memiliki komitmen tauhid, istiqamah dan jujur, memiliki visi yang jelas, memiliki wawasan keislaman, memiliki kemampuan memadukan antara dakwah bi al-lisan dengan dakwah bi al-hal, sesuai kata dengan perbuatan, berdiri di atas semua paham dan aliran, berpikir strategis, memiliki kemampuan analisis interdisipliner, sanggup berbicara sesuai dengan kemampuan masyarakat.(Syahrin Harahap, 1999: 130

Kesimpulan

Dari uraian sebelumnya dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1. Globalisasi telah menjadi lokomotif perubahan tata dunia dengan konsekuensi akan menarik gerbong-gerbongnya yang berisi budaya, pemikiran maupun materi. Hal ini membawa konsekwensi yang besar terhadap pergeseran tata nilai dalam masyarakat, bahkan termasuk agama. Oleh karena itu, dakwah Islamiyyah diharapkan dapat menyaring dampak negatif tersebut.
2.    Globalisasi sebagai sebuah trend dunia setidaknya terjadi dalam tiga ranah, yaitu: globalisasi politik, globalisasi ekonomi, dan globalisasi sosial budaya.
3.    Metode dakwah di era globalisasi dikelompokkan menjadi 3 bagian besar, yaitu: dakwah bi al-kitabah yaitu berupa buku, majalah, surat, surat kabar, spanduk, pamplet, lukisan-lukisan dan sebagainya. Dakwah bi al-lisan, meliputi ceramah, seminar, symposium, diskusi, khutbah, saresehan, brain storming, obrolan, dan sebagainya. Dakwah bi al-hal, yaitu berupa prilaku yang sopan sesuai dengan ajaran Islam, memelihara lingkungan, dan lain sebagainya.



Rabu, 08 Februari 2012


PECUNDANG

ketika ulama tak lagi di dengarkan
ketika pemimpin tak karuan
ketika masyarakat tak mempunyai pegangan
ketika yg di andalkan t' bisa lgi di percaya..
ketiaka amanat jadi hianat
jangan salahkan aku...?
ketika aq meminta kebenran
ketika aq menuntut keadiilan
ketika kami semua....menuntut hak-hak kami...
lantas siapa yg di salahkan...?
siapa yg bertanggung jawab...?
semuanya lepas tangan..
lebih baik mati dari pda hidup seperti ini...!!!
katanya kau bawa senjata api,lepaskan aja pelurunya di kepalaku....
ah...aku akan merasa sangat bahagia mati di tangan pecundang sepertimu..
karena aq akan di kenang....Akulah pahlawannya.......



Jakarta, 09 februari 2012
Harsani Gharib

Jumat, 03 Februari 2012

Aku Senantiasa Menyeru


Aku Senantiasa Menyeru

Aku senantiasa menyeru tanpa jemu ketika sawa-hsawah
rekah dan bumi tengadah memeram wajah-wajah

gelisah petani yang menggigil.                                                                                                                                                       Aku
senantiasa tiada lelah memapah jiwa-jiwa resah
menuju lembah-lembah yang dibanjiri darah.                                                                                     Aku
terus melangkah mengucurkan darah ketika penyair
kehilangan kata-kata karena bahasa telah pecah

berdarah-darah


maka aku senantiasa menyeru jiwa-jiwa batu

agar selalu ingat keringat rakyat yang dengan

tangan-tangan penuh lumpur mengaduk-aduk nasib

mengolah masa depan yang suram

aku senantiasa menyeru kamu yang dengan kejam

memakan insane-insan malang


aku senantiasa menyeru kamu yang tanpa ragu

memangsa sesama yang begitu menderita

senantiasa menyeru kamu yang tanpa perasaan

memakan masa depan demi memuaskan

nafsu-nafsu menggebu