Tantangan Da’wah di Era Globalisasi Modern dan Metode Menghadapinya
Oleh: Harsani Gharib
Moqaddimah
Alhandulillah segala puji hanya
milik Allah SWT, tuhan yang memberikan ni’mat iman, sehat dan kekuatan tidak
ada cela pada-Nya dan Dia (Allah) maha sempurna dari segalanya, yang
menciptakan langit dan bumi beserta isinya, yang mengutus nabi Muhammad SAW
ketengah- tengah umat manusia tiada lain dan tiada bukan melainkan hanya menyempurnakan
akhlak yang mulia dan tauhid ilallah.
Shalawat serta salam selalu untuk
junjungan umat Islam Muhammad SAW yang telah berhasil membawa risalah kenabian
dengan da’wah ilallah, untuk menyelamatkan umat manusia dari kejahiliyahan dan
kekufuran menyembah berhala-berhala.
Da’wah
Perintah Allah dan Rasulullah
Dakwah tidak
mengikuti hawa nafsu manusia. Tapi berdasarkan perintah Allah dan RasulNya
meski orang- orang kafir dan munafik benci. Nabi pernah dilempar tahi unta dan
mau dibunuh karena dakwahnya. Lakukan dakwah dan amar ma’ruf nahi
munkar sebaiknya. Karena itu kewajiban SEMUA MUSLIM (ingat Al ‘Ashr): “Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasihat menasihati dengan kebenaran dan nasihat menasihati dengan kesabaran.”
[Al ‘Ashr 2-3]
Bukanlah dari golongan kami orang yang tidak
mengasihi dan menyayangi yang lebih muda, tidak menghormati orang yang lebih
tua, dan tidak beramar ma’ruf dan nahi mungkar. (HR. Tirmidzi). Tidak ada
alasan lagi bagi umat islam di dunia untuk tidak melakukan dakwah, Rasulullah
SAW pernah berkata” sampaikanlah ilmu itu walupun satu ayat” dari sangking
wajibnya perintah untuk saling memperingati antara orang satu dengan orang
yanglain maka nabi tidak meterorir siapa dan sebatas mana ilmu yang di miliki
seseorang untuk bisa berda’wah.
Trend Globalisasi dan
Tantangan Da’wah
Era globalisasi seakan tidak bisa dibendung lajunya
memasuki setiap sudut negara dan menjadi sebuah keniscayaan pergaulan dunia.
Era ini menghendaki setiap negara beserta individunya harus mampu bersaing satu
sama lain baik antar negara maupun antar individu. Persaingan yang menjadi
esensi dari globalisasi sering memiliki pengaruh dan dampak yang negatif jika
dicermati dengan seksama. Pengaruh yang ada dari globalisasi pada aspek
kehidupan meskipun awal tujuannya diarahkan pada bidang ekonomi dan perdagangan,
akan tetapi memberikan dampak multidimensi. Globalisasi telah menjadi lokomotif
perubahan tata dunia dengan konsekuensi akan menarik gerbong-gerbongnya yang
berisi budaya, pemikiran maupun materi.
Globalisasi atau globalization dalam bahasa arab disebut dengan al-‘aulamah
yaitu masdar dari al-‘ālam berdasarkan timbangan atau wazan
fau’alah yang memiliki arti alam atau dunia yang dalam bahasa
arab disebut dengan al-‘ālamiah. Sebahagian orang
menginterpretasikan globalisasi sebagai upaya melenyapkan dinding dan jarak
antara satu bangsa dengan bangsa lain, dan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga, semuanya
menjadi dekat dengan kebudayaan dunia, pasar dunia dan keluarga dunia.
(Yusuf al-Qardhawi, 2001: 21). Dengan kata lain globalisasi ialah suatu proses
membuka keadaan, yang pada umumnya dapat dipahami sebagai proses menjadikan
negara-negara di dunia bagaikaan satu unit.
Yusuf al-Qardhawi mengatakan, bahwa terdapat perbedaan mendasar antara makna
globalisasi (al-‘aulamah) yang dipahami dunia barat pada hari ini dengan makna globalisasi (al-‘ālamiah)
yang dimaksudkan oleh Islam. Beliau menjadikan ayat al-Qur’an berikut ini
sebagai hujjah, yaitu:
Seperti dalam
firman Allah swt , ”Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan sebagai rahmat
bagi semesta alam”(QS. Al-Anbiya: 107)
Globalisasi
atau al-‘ālamiah yang dipahami oleh Islam adalah sesuatu yang
berasaskan nilai-nilai penghormatan dan persamaan kepada seluruh manusia,(QS.
Al-Isra: 70) bahwa setiap
manusia memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dihadapan Allah swt. Hal ini
berbeda dengan pemahaman Barat mengenai globalisasi (al-‘aulamah)
sekarang ini, yang mengartikannya sebagai keharusan untuk menguasai secara
politik, ekonomi, kebudayaan, dan sosio kultural masyarakat agar sejalaan
dengan kepentingan Negara-negara Barat yang disponsori oleh Amerika.
Penguasaan tersebut kemudian diarahkan lebih fokus lagi pada penguasaan Barat
terhadap tatanan dunia Islam
Tantangan Dakwah di Era Globalisasi
Ketika
masyarakat memasuki era globalisasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan
teknologi, tantangan yang dihadapi semakin rumit. Tantangan tersebut tidak
mengenal ruang, batas, waktu dan lapisan masyarakat, melainkan ke seluruh
sektor kehidupan dan hajat hidup manusia, termasuk agama. Artinya, kehidupan
kegamaan umat manusia tidak terkecuali Islam di mana pun ia berada akan
menghadapi tantangan yang sama. Soejatmoko menandaskan bahwa agama pun kini
sedang diuji dan ditantang oleh zaman (Soejatmoko, 1994: 78).
Meskipun diakui bahwa di satu sisi kemajuan IPTEK menciptakan fasilitas yang memberi
peluang bagi pengembangan dakwah, namun antara tantangan dan peluang dakwah
dewasa ini, agaknya tidak berimbang. Tantangan dakwah yang amat kompleks dewasa
ini dapat dilihat dari minimal dari tiga perspektif, yaitu:
Pertama, perspektif prilaku (behaviouristic perspective). Salah
satu tujuan dakwah adalah terjadinya perubahan prilaku (behaviour change) pada
masyarakat yang menjadi obyek dakwah kepada situasi yang lebih baik. Tampaknya,
sikap dan prilaku (behaviour) masyarakat dewasa ini hampir dapat dipastikan
lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya.
Kedua, tantangan dakwah dalam perspektif transmisi
(transmissional perspective). Dakwah dapat diartikan sebagai proses penyampaian atau
transmisi ajaran agama Islam dari da’i sebagai sumber kepada mad’u
sebagai penerima. Ketika ajaran
agama ditrasmisikan kepada masyarakat yang menjadi obyek, maka peranan media
sangat menentukan. Ziauddin Sardar mengemukakan bahwa abad informasi ternyata
telah menghasilkan sejumlah besar problem (Ziauddin Sardar, 1996: 16-17). Menurutnya, bagi dunia Islam, revolusi informasi
menghadirkan tantangan-tantangan khusus yang harus diatasi, agar umat Islam
harus bisa memanfaatkannya untuk mencapai tujuan dakwah.
Ketiga, tantangan dakwah perspektif interaksi. Ketika dakwah dilihat sebagai bentuk
komunikasi yang khas (komunikasi Islami),( Malik Idris, 2007: 111) maka dengan sendirinya
interaksi sosial akan terjadi, dan di dalamnya terbentuk norma-norma tertentu
sesuai pesan-pesan dakwah. Yang menjadi tantangan dakwah dewasa ini, adalah bahwa
pada saat yang sama masyarakat yang menjadi obyek dakwah pasti berinteraksi
dengan pihak-pihak lain atau masyarakat sekitarnya yang belum tentu membawa
pesan yang baik, bahkan mungkin sebaliknya.
Metode Dakwah di Era Globalisasi
Untuk
mengantisipasi trend masyarakat modern harus dapat mempersiapkan materi-materi
dakwah yang lebih mengarah pada antisipasi kecenderungan-kecenderungan masyarakat. Oleh karena itu,
maka seluruh komponen dan segenap aspek yang menentukan atas keberhasilan
dakwah harus ditata secara professional dan disesuaikan dengan kondisi mad’u
agar dapat menghasilkan kemasan dakwah yang benar-benar mampu memperbaiki dan
maningkatkan semangat dan kesadaran yang tulus dalam mengaktualisasikan
nilai-nilai ajaran Islam.
Ada empat hal penting yang harus diorganisir oleh da’i
dalam memfilter trend masyarakat global yang negatif,( Abd. Madjid, 2000: 79) seiring dengan
perkembangan dan trend masyarakat dunia serta masalah manusia yang semakin
kompleks, yaitu; 1)Perlu adanya konsep dan strategi dakwah yang tepat untuk
membentuk ketahanan diri dan keluarga melalui pengefektifan fungsi nilai-nilai
agama, karena dengan dasar agama yang kuat dapat dijadikan filter pertama dan
utama untuk menghadapi berbagai trend budaya yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai Islam, 2) Mempertahankan nilai-nilai budaya luhur yang dapat
melestarikan tradisi positif yang pada dasarnya tidak bertentangan dengan paham
dan ajaran agama (Islam) yang menanamkan nilai-nilai baik dan suci, 3) Perlu
dukungan dan keikutsertakan semua lapisan masyarakat untuk menciptakan dan
memiliki komitmen yang sama dalam melihat seberapa bergunanya nilai-nilai baru
itu untuk sebuah komunitas dan kemajuan masyarakat, dan 4) Kesiapan dan
kematangan intelektual serta emosional setiap penerima message baru,
apakah hal tersebut memang akan mendatangkan manfaat plus bagi diri dan
lingkungannya.
Berkaitan
dengan dampak globalisasi pada tatanan kehidupan masyarakat, maka dibutuhkan
metode yang tepat. Metode berarti rangkaian yang sistematis dan merujuk
kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan, dan
logis
(Onong Uchjana E., 1999: 9). Dalam
melaksanakan suatu kegiatan dakwah diperlukan metode penyampaian yang tepat
agar tujuan dakwah tercapai. Metode dalam kegiatan dakwah adalah suatu rencana
yang tersusun dan teratur yang berhubungan dengan cara penyajian. Sebenarnya,
metode dakwah adalah sesuatu yang lazim dikenal dan diterapkan oleh da’i, akan
tetapi secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga sebagai berikut:
Adapun
operasionalisasi dari ketiga metode tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
a) Dakwah bi al-kitabah yaitu berupa buku, majalah, surat, surat kabar,
spanduk, pamplet, lukisan-lukisan dan sebagainya, b) Dakwah bi al-lisan,
meliputi ceramah, seminar, symposium, diskusi, khutbah, saresehan, brain
storming, obrolan, dan sebagainya, dan c) Dakwah bi al-hal, yaitu berupa
prilaku yang sopan sesuai ajaran Islam, memelihara lingkungan, dan lain
sebagainya (Wardi Bachtiar, 1997: 34).
Dalam rangka
keberhasilan dakwah di era global, maka diperlukan da’i yang memiliki profil
berikut ini, yaitu: memiliki komitmen tauhid, istiqamah dan jujur, memiliki
visi yang jelas, memiliki wawasan keislaman, memiliki kemampuan memadukan
antara dakwah bi al-lisan dengan dakwah bi al-hal, sesuai kata dengan
perbuatan, berdiri di atas semua paham dan aliran, berpikir strategis, memiliki
kemampuan analisis interdisipliner, sanggup berbicara sesuai dengan kemampuan
masyarakat.(Syahrin Harahap, 1999: 130
Kesimpulan
Dari uraian sebelumnya
dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1. Globalisasi
telah menjadi lokomotif perubahan tata dunia dengan konsekuensi akan menarik
gerbong-gerbongnya yang berisi budaya, pemikiran maupun materi. Hal ini membawa
konsekwensi yang besar terhadap pergeseran tata nilai dalam masyarakat, bahkan
termasuk agama. Oleh karena itu, dakwah Islamiyyah diharapkan dapat menyaring
dampak negatif tersebut.
2. Globalisasi
sebagai sebuah trend dunia setidaknya terjadi dalam tiga ranah, yaitu:
globalisasi politik, globalisasi ekonomi, dan globalisasi sosial budaya.
3.
Metode dakwah di era globalisasi dikelompokkan menjadi 3 bagian besar, yaitu:
dakwah bi al-kitabah yaitu berupa buku, majalah, surat, surat kabar, spanduk,
pamplet, lukisan-lukisan dan sebagainya. Dakwah bi al-lisan, meliputi ceramah,
seminar, symposium, diskusi, khutbah, saresehan, brain storming, obrolan, dan
sebagainya. Dakwah bi al-hal, yaitu berupa prilaku yang sopan sesuai dengan
ajaran Islam, memelihara lingkungan, dan lain sebagainya.