Aku Senantiasa Menyeru
Aku senantiasa menyeru tanpa jemu ketika
sawa-hsawah
rekah dan bumi tengadah memeram wajah-wajah
gelisah petani yang menggigil. Aku senantiasa tiada lelah memapah jiwa-jiwa resah
menuju lembah-lembah yang dibanjiri darah. Aku terus melangkah mengucurkan darah ketika penyair
kehilangan kata-kata karena bahasa telah pecah
berdarah-darah
maka aku senantiasa menyeru jiwa-jiwa batu
agar selalu ingat keringat rakyat yang dengan
tangan-tangan penuh lumpur mengaduk-aduk nasib
mengolah masa depan yang suram
aku senantiasa menyeru kamu yang dengan kejam
memakan insane-insan malang
aku senantiasa menyeru kamu yang tanpa ragu
memangsa sesama yang begitu menderita
senantiasa menyeru kamu yang tanpa perasaan
memakan masa depan demi memuaskan
nafsu-nafsu menggebu
rekah dan bumi tengadah memeram wajah-wajah
gelisah petani yang menggigil. Aku senantiasa tiada lelah memapah jiwa-jiwa resah
menuju lembah-lembah yang dibanjiri darah. Aku terus melangkah mengucurkan darah ketika penyair
kehilangan kata-kata karena bahasa telah pecah
berdarah-darah
maka aku senantiasa menyeru jiwa-jiwa batu
agar selalu ingat keringat rakyat yang dengan
tangan-tangan penuh lumpur mengaduk-aduk nasib
mengolah masa depan yang suram
aku senantiasa menyeru kamu yang dengan kejam
memakan insane-insan malang
aku senantiasa menyeru kamu yang tanpa ragu
memangsa sesama yang begitu menderita
senantiasa menyeru kamu yang tanpa perasaan
memakan masa depan demi memuaskan
nafsu-nafsu menggebu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar